[Review] Maria Jaclyn - De Buron
Judul: De Buron (cover baru)
Penulis: Maria Jaclyn
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun: 2012
Tebal buku: 248
My rating: 5/5 stars
Sinopsis:
Cowok itu...
Hm...
Dia ditaksir sahabat Kimly gila-gilaan
Dia suka nyanyi lagu apa aja
Dia doyan banget makan pisang
Dia tidur sekamar dengan Kimly
Dia tahu sesuatu tentang Kimly yang selama ini selalu disembunyikan cewek itu dari semua orang...
Tapi...
Dia juga buronan yang lagi diincar polisi!
Review:
Alkisah seorang gadis bernama Kimly yang suatu hari kedatangan tamu tidak diundang di kamarnya. Tamu tersebut merupakan buronan yang sedang dicari polisi karena kabur dari TKP pembunuhan. Mengaku tidak bersalah, buronan tersebut, Ditya, meminta tolong Kimly agar dapat tinggal sementara di kamarnya. Dengan kepala yang telah dipenuhi berbagai masalah, Kimly hanya bisa mengiyakan dengan pasrah. Dan dimulailah kehidupan Kimly yang penuh dengan kejutan.
Buku ini guilty pleasure saya karena setelah lebih dari 8 tahun membaca buku ini saya tetap sangat suka. Bener-bener buku yang dijadikan tempat pelarian apabila saya sedang kesal dengan buku lain dan hanya ingin membaca sesuatu yang ringan dan lucu. Bagian awal buku memang cukup menyebalkan untuk saya, karena ada daftar yang dibuat berulang kali dengan isi yang notabene sama. Tapi kalau tidak mempedulikan hal tersebut, sisa buku ini sangat fun.
Sorot matanya yang tajam kini terlihat ketakutan. Pakaiannya kumal dan basah, Matanya melirik liar ke sana-sini, sepertinya takut ada yang menyadari kehadirannya di sini selain Kimly. Sekarang Kimly tahu dari mana lumpur kering di kamarnya dan bau busuk itu berasal. Pakaian kumal, sepatu kets kotor, dan keadaan cowok itu sudah menjelaskan segalanya. Cowok itu benar-benar tampak mengerikan dan 100% kelihatan seperti penjahat.
Kimly menoleh untuk melihat senjata yang nyaris membunuhnya tadi.
Pisang!?
Kimly melongo. Ia berhalusinasi. Mana mungkin buronan membawa pisang sebagai senjata? (hlm. 28)
Karakter favorit saya tentunya Ditya dan juga Bi Ima, pembantu di rumah Kimly. Kelakuan mereka berdua serta kedua teman dekat Kimly sangat nyata bagi saya. Saya merasa dapat memvisualisasikan mereka dengan cukup baik.
Terlintas di pikiran Kimly tanggapan teman-temannya jika sekarang ia menelepon mereka dan berkata, "Hai, cowok buronan itu sedang duduk-duduk di kamarku lho!"
Mungkin Ardel akan langsung menjerit, "Gila! Telepon polisi, Kim! Cepat! Eh, tapi jangan lupa ya, sebelum dia ditangkep, foto-foto dulu!"
Lyla mungkin akan lebih menghawatirkan keselamatan Kimly, "Elu nggak apa-apa kan, Kim? Sekarang tarik napas dalam-dalam ya. Santai aja. Tenang. Jangan panik. Semua akan baik-baik saja. Eh, ngomong-ngomong... beneran cakep, gak?" (hlm. 32)Dan ada satu pelajaran berharga dari buku ini yang ingin saya ingat terus, karena saya merasakan sendiri efeknya.
"Makan..."
Kimly mendongak. "Apa?"
Raditya masih memandangnya. "Kamu belum makan bener sejak kemarin siang, kan?"
Kimly tertegun. "Dari mana kamu tahu?"
"Biasanya makan akan menimbulkan perasaan puas dan itu akan tercermin di wajah kita. Orang yang belum makan bakal kelihatan banget," jawab cowok itu. (hlm. 82)Kelebihan dari versi buku dengan cover baru yaitu adanya cerita tambahan. Buku dengan cover lama akan memiliki ending yang masih menggantung, tapi akan diperjelas di buku ini. Saya tidak masalah dengan ending yang manapun sih, karena versi yang lama maupun yang baru tetap saya suka. Buku ini saya rekomendasikan untuk siapapun yang ingin membaca sesuatu yang ringan dan mungkin sambil bernostalgia dengan masa SMA, hahaha.
Comments
Post a Comment