[Review] Luna Torashyngu - Beauty and the Best
Judul: Beauty and the Best (Goodreads, GPU)
Series: Beauty and the Best #1
Pengarang: Luna Torashyngu
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN: 9786020305127
Tahun: Mei 2014 (Cetakan 8)
Tebal: 304 hlm.
Rating: 3/5 stars
Format: Paperback
Mulai: 3 Maret 2015
Selesai: 3 Maret 2015
Sinopsis:
Review:
Series: Beauty and the Best #1
Pengarang: Luna Torashyngu
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN: 9786020305127
Tahun: Mei 2014 (Cetakan 8)
Tebal: 304 hlm.
Rating: 3/5 stars
Format: Paperback
Mulai: 3 Maret 2015
Selesai: 3 Maret 2015
Sinopsis:
Ira punya semua yang diinginkan cewek seusianya: kecantikan, profesi model, kepopuleran di sekolah, serta cowok keren dan tajir. Cuma satu kelemahan Ira: kalo ulangan pelajaran eksakta, nilainya nggak pernah lebih dari empat! Ini jelas lampu kuning buat Ira, apalagi dia udah kelas tiga SMA.
Karena itu, saat Ira nerima tantangan untuk bertaruh siapa yang bisa lulus ujian masuk perguruan tinggi negeri dan dapat nilai yang lebih tinggi, teman-temannya nggak percaya. Gimana nggak? Lawan Ira adalah Kelly, cewek paling pintar di sekolah.
Tapi Ira cuek. Dengan segala cara dia berusaha memenangkan taruhan, termasuk meninggalkan dunia model, dan minta diajar privat sama Aldo, anak "aneh" dan nggak punya teman di kelas, tapi pinter banget. Ira pengin membantah mitos yang mengatakan cewek cakep tuh kemampuan otaknya payah. Ira pengen semua orang tahu bahwa model kayak dia juga bisa bersaing dengan ribuan lulusan SMA lain, dan masuk PTN terfavorit di negeri ini.
Review:
Buku ini saya baca ulang, sehingga memerlukan waktu yang lebih singkat dibandingkan saat membacanya pertama kali, yakni 3 hari. Seingat saya waktu membacanya tahun lalu, saya berpikir bahwa ini novel yang teenlit banget, beda dengan seri Mawar Merah maupun D'Angels yang agak lebih berat temanya. Lebih mirip seri Lovasket. Tapi tetep suka sih dengan buku ini, makanya saya memberi rating 3 bintang.
Dari segi penokohan, saya selalu merasa lucu bahwa tokoh perempuan pada novel Luna Torashyngu berkesan perfect. Kenapa lucu? Karena Luna Torashyngu itu kan laki-laki, jadi saya selalu mempertanyakan tujuan dari penokohan yang seperti itu. Bukan suatu masalah besar, hanya menjadi catatan saya saja tentang pengarang ini.
Alur cerita pada buku ini cenderung maju, hanya beberapa kali flashback yang tidak sulit untuk diikuti. Dan saya suka penulisan khas Luna Torashyngu yang agak-agak misterius gimanaa...gitu. Harusnya sudah bosan sih, karena ini mungkin buku ke-10 yang saya baca dari pengarang yang satu ini. Tapi ternyata saya tetap menyukai gaya penulisannya yang seperti itu. Meskipun begitu, penulisannya yang tidak baku ternyata mulai membuat saya kurang sreg. Bukan tidak suka, hanya saja saya jadi lebih memperhatikan 'kata' dalam buku dan bukan ceritanya. Cukup melelahkan pada awalnya tapi kemudian saya jadi lebih terbiasa.
Buku ini saya rekomendasikan untuk mereka yang masih remaja atau yang sedang ingin bernostalgia dengan masa SMA. Pesan moral dalam buku ini juga bagus menurut saya, bahwa tidak ada yang tidak mungkin kalau kita mau berusaha.
Dari segi penokohan, saya selalu merasa lucu bahwa tokoh perempuan pada novel Luna Torashyngu berkesan perfect. Kenapa lucu? Karena Luna Torashyngu itu kan laki-laki, jadi saya selalu mempertanyakan tujuan dari penokohan yang seperti itu. Bukan suatu masalah besar, hanya menjadi catatan saya saja tentang pengarang ini.
Alur cerita pada buku ini cenderung maju, hanya beberapa kali flashback yang tidak sulit untuk diikuti. Dan saya suka penulisan khas Luna Torashyngu yang agak-agak misterius gimanaa...gitu. Harusnya sudah bosan sih, karena ini mungkin buku ke-10 yang saya baca dari pengarang yang satu ini. Tapi ternyata saya tetap menyukai gaya penulisannya yang seperti itu. Meskipun begitu, penulisannya yang tidak baku ternyata mulai membuat saya kurang sreg. Bukan tidak suka, hanya saja saya jadi lebih memperhatikan 'kata' dalam buku dan bukan ceritanya. Cukup melelahkan pada awalnya tapi kemudian saya jadi lebih terbiasa.
"Aldo emang gak pernah ngasih sontekan ke gue. Tapi dia selalu ngebiarin kertas coret-coretannya bertebaran di meja. Gue tinggal nunggu dia ganti kertas, trus gue ambil kertas coretannya yang udah penuh coretan dia. Pasti dia nyoret-nyoret rumus dan sebagian jawaban di situ, kan?..." (hlm 8-9)
"Ada dua jenis orang pinter. Pinter karena rajin dan tekun belajar, dan pinter karena dia emang dilahirkan demikian." (hlm. 169)Kutipan diatas itu alasan kenapa mudah bagi saya untuk relate dengan tokoh dalam buku ini. Untuk kutipan yang pertama, karena kadang saya membantu teman saya yang kurang bisa menjawab soal ulangan dengan menuliskannya di kertas coretan *maafkan saya ibu dan bapak guru*. Sedangkan kutipan kedua itu mirip dengan perkataan teman saya saat membandingkan saya dan teman sebangku saya di SMA. Silahkan tebak saya yang mana ;)
Buku ini saya rekomendasikan untuk mereka yang masih remaja atau yang sedang ingin bernostalgia dengan masa SMA. Pesan moral dalam buku ini juga bagus menurut saya, bahwa tidak ada yang tidak mungkin kalau kita mau berusaha.
Comments
Post a Comment